PUSARAN.CO – 14 Agustus 2023
The Killer bukan Ayam Kinantan.
Ya benar,. Anda tidak salah baca.
The Killer.
Itulah julukan yang pertama sekali diberikan kepada Klub Sepakbola PSMS oleh Klub – Klub Luar Negeri yang kala itu kerap menjadi lawan bertanding PSMS.
Tapi,. siapa yang tahu ?
Warga Sumatera Utara khususnya Kota Medan, umumnya mengetahui julukan PSMS adalah Ayam Kinantan.
Terus bagaimana ?
Mau pakai yang mana ?
Jujur saja, aku mengetahui tentang ada julukan awal PSMS itu dari Bang Indra. Lengkap namanya Indra Efendi Rangkuti.
Perawakannya tinggi besar. Ia berkarir dan mendalami bidang perpajakan.
The Killer adalah julukan awal yang diberikan kepada PSMS sedangkan Ayam Kinantan mulanya adalah julukan yang diberikan kepada salah satu Klub Sepakbola yang turut mendirikan PSMS yaitu Klub Sepak Bola Medan Putra.
Kami bertemu di Cafe Pos Kopi di Jl.Dr.Mansyur, berdekatan dengan Kampus USU.
Minum kopi dan makan roti bakar sembari berdiskusi. Lebih tepatnya aku mewawancarainya.
Aku mendengarkan banyak sekali darinya informasi sejarah sepak bola yang bukan hanya tentang PSMS tetapi juga PSSI.
Ia bahkan memiliki rekaman video langka pertandingan PSMS di luar negeri yakni tepatnya di Korea pada tahun 1974 dalam laga Presidensial Cup. Tentu untuk mendapatkan itu tidak mudah dan tidak pula gratis.
Keinginanku mewawancarainya seketika muncul setelah melihat tulisan dan fotonya di Fb ketika ia mengunjungi Ronny Pasla di Jakarta.
Ia menemui Sang Legenda itu.
Aku kemudian mengirim permintaan pertemanan dan tak lama diterima olehnya.
Setelah tertunda beberapa kali disebabkan kesibukan masing-masing akhirnya di medio Juli 2023 yang lalu, sekitar jam 8 malam, kami dapat bertemu di Pos Kopi itu.
Pertemuan wawancara itu perlahan berubah menjadi diskusi yang panjang dan bersemangat.
Rekaman audio pembicaraan kami berdurasi lebih dari 2 jam.
Selama itu kuperhatikan Bang Indra berulang kali menyebutkan tentang Gedung PSMS yang tidak terawat dan cenderung seperti terlantar tidak difungsikan sebagaimana diharapkan. Ia berulang kali menyebutkan bahwa Gedung itu dibangun dengan jerih payah orang banyak tidak terkecuali sumbangsih para pemain PSMS dikala itu. Ia sangat sedih dengan kondisi Gedung itu.
Setelah pertemuan kami itu, aku menjadi bimbang dengan kerangka tulisan yang telah kusiapkan; apakah akan terus menuliskan tentang PSMS atau tentang Bang Indra.
Bolak balik menimbang mana yang akan kutuliskan.
Mau nulis tentang PSMS dan sejarahnya, sudah ditulis Bang Indra. Bahkan ia adalah kontributor yang sangat serius memberikan sumbangsih di Wikipedia tentang sejarah Klub PSMS.
Mau nulis tentang prestasi kekinian PSMS, rasa – rasanya tidak begitu menarik.
Ini malah aku jadinya bercerita tentang kami ngopi di Cafe Pos Kopi itu.
Terakhir kupantau tulisan Bang Indra di Account FB nya yaitu ketika ia menonton pertandingan PSMS VS Labura Hebat di Stadion Teladan Medan, dalam gelaran Edy Rahmayadi Cup 2023.
Ia memfoto tiket pertandingan itu.
Kupikir, cukup sebuah saja film dokumenter tentang PSMS mesti dibuat jika tak dapat dibuat sebuah Lembaga untuk mengabadikan perjalanan panjang PSMS seperti yang diharapkan Bang Indra; sebuah museum.
Selagi masih ada orang seperti Bang Indra yang sangat mencintai olah raga sepakbola dengan caranya yang tidak biasa itu.
Seumur hidupku baru sekali ini aku bertemu dengan orang seperti Bang Indra; ia menonton pertandingan sepakbola, mencari dan mendokumentasikan serta menuliskan sejarahnya, mengunjungi mantan pemainnya serta bersilaturahmi baik dengan keluarga pemain sepakbola yang telah berpulang.
Akhirnya, tulisanku ini bukan lagi tentang PSMS melainkan tentang Bang Indra; yang memilih disebut sebagai pemerhati olahraga sepakbola dengan kecintaannya yang menurutku luar biasa kepada dunia persepakbolaan dan khususnya kepada PSMS Medan.
Satu hal yang lupa kutanyakan kepadanya apa yang menjadi motivasinya.
Pada satu kesempatan lain akan kutanyakan.
Senantiasa sehat, selamat dan panjang umur Bang Indra.
Terima kasih dan semoga suatu saat kelak harapan Bang Indra akan terwujud. ( red/rls )
