PUSARAN.CO – Pada tanggal 15 Mei, setiap tahunnya rakyat Palestina memperingati hari Nakba, yang merupakan peringatan peristiwa pengusiran Bangsa Palestina di tahun 1948 oleh Zionis Israel dan hingga saat ini para pengungsi Palestina belum dapat kembali ke tanah air mereka.
Sebagai lembaga yang fokus pada perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsa dan pembelaan terhadap rakyat Palestina, Aqsa Working Group (AWG) menggelar seminar dalam rangka memperingati hari Nakba untuk dukungan dan solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Kegiatan bertajuk “Peringatan Hari Nakba, Momentum Gaungkan Dukungan atas Nestapa Bangsa Palestina Akibat Penjajahan Zionis Israel” digelar pada Kamis, 18 Mei 2023, di Aula Munif Chatib, Sekolah Insan Mandiri Cibubur, Bekasi, Jawa Barat.
Duta Besar Palestina untuk Indonesia H.E. Zuhair Al Shun hadir sebagai pembicara kunci bersama para narasumber dari dalam dan luar Negeri, yakni Atallah Hanna (Uskup Agung Gereja Yerusalem), Issa Amro (Advokat & Aktifis Palestina), dr. Sarbini Abdul Murad (Ketua Presidium MER-C, Muhammad Sahrul Murajab (Fungsional Diplomat Madya di Direktorat Timur Tengah Kementerian luar Negeri RI), Dr. Abdul Muta’ali (Akademisi Dosen FIB UI), dan A. Syalabi Ichsan (Redaktur Republika).
Acara ditutup dengan doa yang disampaikan Pembina Utama AWG Syaikh Yakhsyallah Mansur.
“Hari ini kita memperingati sebuah peristiwa bersejarah kekejaman penjajah zionist Israel terhadap rakyat Palestina. Hari ini 75 tahun yang lalu, dunia mencatat dalam memorial sejarahnya bahwa sebuah gerakan zionisme internasional melakukan pembersihan etnis Palestina,” tegas Ketua Presidium AWG, Nur Ikhwan AWG saat memberikan sambutan.
Menurutnya, Nakba merupakan sebuah tindakan pembersihan etnis, pengusiran secara paksa dan penjajahan terhadap rakyat dan tanah Palestina.
“Hingga saat ini, Nakba masih terus terjadi, kita bisa saksikan sendiri, bagaimana penggusuran tanah warga Palestina, dengan membangun pemukiman ilegal di Tepi Barat, pembantaian terhadap warga Palestina, baik di Tepi Barat maupun di Jalur Gaza masih terus terjadi, sepekan yang lalu 35 warga Gaza harus meregang nyawa akibat diserang oleh zionist Yahudi,” ujar Nur Ikhwan.
Untuk itu, lanjutnya, peringatan ini menjadi penting buat kita semua yang peduli terhadap kemanusiaan, yang memiliki perhatian terhadap sejarah, khususnya Bangsa Indonesia, yang memang memiliki hubungan sejarah yang panjang dengan Bangsa Palestina.
Pengakuan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 oleh Palestina merupakan sebuah hutang sejarah yang harus diingat oleh Indonesia, pernyataan Bung Karno, presiden pertama RI, founding father Indonesia, yang secara tegas menyatakan tidak akan pernah mengakui Israel sebagai sebuah negara karena penjajahannya terhadap Palestina.
Meskipun situasi politik berubah, namun Indonesia alhamdulillah tetap konsisten mendukung kemerdekaan Palestina, dan menolak Israel sebagai sebuah negara.
“Kami mengapresiasi sikap pemerintah dalam berbagai forum internasional yang secara konsisten dan tegas mendukung Palestina dan menolak Israel. Kami juga apresiasi sikap pemerintah dan rakyat Indonesia yang menolak kedatangan timnas sepakbola U-20 Israel ke Indonesia. Konsistensi, dukungan riil, serta terobosan terobosan diplomatik yang nyata dari pemerintah Indonesia terhadap Palestina inilah yang kita tunggu dan kita harapkan ke depannya,” pungkasnya.
Peringatan hari ini menjadi penting dilakukan oleh seluruh umat manusia, yang menentang segala bentuk penjajahan, karena pemerintahan Palsu Apartheid Israel Zionist yang mengklaim kemerdekaannya pada 14 mei 1948 berdasarkan permufakatan jahat zionist bersama Inggris dan Amerika Serikat di PBB. Pada 15 Mei 2023 setelah 75 tahun terjadinya Nakba. Tahun ini, untuk pertama kalinya PBB melakukan peringatan Nakba di Markaz Besar PBB di New York, yang artinya PBB mengakui tindakan pembantaian yang dilakukan oleh zionist Yahudi.
Untuk itu pada Peringatan Nakbah ke-75 ini merupakan momentum tepat untuk kita bersama melakukan gugatan terhadap entitas ilegal zionis Israel di Palestina. Karena pemilik sah tanah Palestina adalah bangsa Palestina yang sudah ribuan tahun tinggal di tanah itu.
Pada kegiatan tersebut menekankan bahwa Peristiwa Nakba adalah salah satu akar dari permasalahan atas apa yang hari ini kita saksikan di tanah yang terjajah – Palestina. Kejadian ini juga merupakan akar dari penderitaan bangsa Palestina yang berkelanjutan. Peristiwa Nakba bukanlah peristiwa masa lalu, ini masih terjadi hingga sekarang.
Warga Palestina terus mengalami peristiwa-peristiwa Nakba hingga hari ini dalam berbagai tindakan pengusiran paksa dan kolonialisme Israel, seperti penjarahan sumber daya alam, blokade, aneksasi, represi, penolakan tempat tinggal, segregasi, fragmentasi dan isolasi, penghancuran rumah, dan penerapan sistem perencanaan serta perizinan yang diskriminatif.
Nakba merupakan sistem yang mencakup semua yang mempengaruhi semua aspek kehidupan. Dari memperluas permukiman ilegal Yahudi hingga sangat membatasi kebebasan bergerak warga Palestina, mengambil sumber daya Palestina dan menangkap warga Palestina hampir setiap hari – kebijakan semacam itu telah menjadi cetak biru bagi pemerintahan Israel secara berturut-turut.
Kebijakan tersebut, antara lain, dilaksanakan sebagai bagian dari strategi Zionis-Israel yang bertujuan untuk merebut wilayah tanah terluas dengan jumlah penduduk Palestina paling sedikit. Pemindahan paksa di Naqab, Sheikh Jarrah, Lembah Yordan dan perbukitan Hebron Selatan, khususnya di Masafer Yatta, adalah contoh nyata dari Nakba yang saa ini masih berlangsung.
Para pembicara menekankan bahwa kelanjutan Nakba mencerminkan sejauh mana komplikasi internasional dengan rezim kolonial dan apartheid Zionis-Israel di Palestina.
Seluruh organisasi Hak Asasi Manusia mainstream kemudian setuju pada fakta bahwa warga Palestina hidup di situasi apartheid, dan tindakan melawan bangsa Palestina adalah bagian dari tindakan kejahatan perang.
Meskipun banyak resolusi PBB yang mendesak Israel untuk meninjau kembali dan mengakhiri tindakan-tindakan diskriminatifnya, masyarakat internasional masih belum memberikan keadilan kepada Palestina dengan berbagai alasan.
Background:
Kata “Nakba” berarti “malapetaka” dalam bahasa Arab, dan merujuk pada pembersihan etnis sistematis terhadap dua pertiga populasi Palestina pada saat itu oleh paramiliter Zionis antara 1947-1949 dan penghancuran hampir total masyarakat Palestina.
Data dari Biro Pusat Statistik Palestina mencatat, setidaknya 975 ribu warga Palestina diusir secara paksa oleh zionist Israel dari kampung halaman mereka, 531 desa dihancurkan, dan 51 titik pembantaian dilakukan yang menewaskan lebih dari 15 ribu rakyat palestina. Karena itulah hari ini disebut sebagai hari malapetaka atau yang disebut dengan Nakba.
Seluruh organisasi Hak Asasi Manusia mainstream kemudian setuju pada fakta bahwa warga Palestina hidup di situasi apartheid, dan tindakan melawan bangsa Palestina adalah bagian dari tindakan kejahatan perang.
Peristiwa Nakba mengarah pada tragedi pengusiran massal dan pembersihan etnis terhadap rakyat Palestina, kota-kota, dan pedesaan nya di bawah tangan para pemukim ekstrimis Yahudi dan milisi Zionis.
Pembantaian terjadi di desa-desa Palestina, saat milisi Zionis melakukan pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga yang tak bersenjata dan menguburkannya secara massal. Diperkirakan, sekitar 15.000 warga Palestina tewas, dan lebih dari 750.000 lainnya harus lari dari rumah mereka dan hidup sebagai pengungsi.
Profil AWG
Aqsa Working Group (AWG) adalah suatu lembaga yang dibentuk dalam rangka mewadahi dan mengelola upaya kaum muslimin untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa.
AWG dibentuk dalam rangka mewadahi dan mengelola upaya kaum Muslimin untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa dan membantu perjuangan rakyat Palestina.
AWG didirikan oleh komponen umat yang hadir dalam Al-Aqsha International Conference yang diselenggarakan di Wisma Antara pada tanggal 20 Sya’ban 1429H/ 21 Agustus 2008 di Jakarta.
Live Streaming bisa disimak di Channel Youtube Al Jama’ah TV.
https://www.youtube.com/live/nlgOLKZe47g?feature=share . (RLS)